Sisi kehidupan sangat kompleks dan acapkali menampilkan berbagai rona. Liku-liku hidup manusia sungguh tak terduga. Adakalanya seseorang terombang ambing oleh nasib, kadang mencapai puncak kehidupan duniawi namun kosong rohani, kadang terpuruk layaknya hidup di liang jarum yang sempit namun seiring dengan itu berbagai hikmah kehidupan menjadi kekayaan batin.
Alur kehidupan yang tidak mulus itu di antaranya dialami oleh Adenan Manurung, seorang warga Cibinong, Kabupaten Bogor, yang ditempa berbagai peristiwa nyata sehingga membentuk pribadi manusia dewasa.
Pernah pada suatu saat dalam sejarah kelam perjalanan hidupnya, pria berkulit hitam manis ini terperangkap dalam dunia perjudian dan mabuk-mabukan. Hari-hari itu ia lalui dengan rutinitas berjudi, gali lubang tutup lubang utang, mengorbankan kepentingan keluarga dan semuanya hanya demi kepuasan seleranya sendiri.
Adenan Manurung (Foto:fik)
Adakalanya saat duduk termenung sendiri ingin rasanya ia keluar dari lingkaran setan itu. Namun apa hendak dikata tarikan kesenangan berjudi demikian kuat. Ditambah bau alkohol maka lengkaplah suasana yang menghanyutkan kehidupan normalnya. Setiap kali hendak bangkit dan menjauhi hobi itu tiap kali pula tarikan judi lebih kuat lagi menariknya. Semula penghasilannya dari pekerjaan di bidang transportasi lumayan besar. Tapi nyaris semuannya habis di meja judi, togel, porkas dan sejenis itu.
Sungguh beberapa tahun lamanya, Ade, demikian dia disapa, berkubang dalam tempurung nasib dan tiada daya untuk keluar darinya.
Segala saran keluarga, anak, isteri, tetangga dekat maupun saudara untuk menghentikan kebiasaan buruknya itu tak mempan. Sebentar pikirannya terbuka namun alkohol segera menerkam dan menyeretnya kembali ke dunia perjudian.
Pernah suatu kali ia disuruh orang tuanya pulang ke Medan sekalian diberi uang untuk membeli tiket. Tapi kenyataannya pulang tak jadi, duit ludes di meja judi. Segala perhiasan isterinya pun tak urung ia lucuti untuk dipersembahkan di meja judi.
Bahkan ibunya dari kampung yang kala itu menengoknya dia tinggal untuk beli togel. Sumpah serapah ibunya tak dihiraukannya. Keluarganya sendiri, istri dan anaknya, tak banyak menerima belaian kasih sayangnya. Perhatiannya terpaku pada judi dan mabuk.
Demikian waktu terus berlalu sampai suatu saat kekuasaan Tuhan menuntunnya. Sukarela atau terpaksa, kekuatan itu tak mampu dilawannya. Bagaimana tidak, tarikan Tuhan itu berupa berbagai musibah yang terus beruntun menimpanya.
Bermula anak keduanya, Nico, mendadak terserang penyakit. Entah apa penyebab sesungguhnya namun Ia merasa bahwa semua itu adalah akibat dosa dan kesalahannya. Di antaranya ketika anak pertamanya, Reyn, lahir, ia waktu itu masih mengandalkan judi untuk menghidupi keluarganya.
Rupanya musibah itu belum cukup menyadarkannya. Waktu itu di malam tahun baru Ade masih tergoda untuk berjudi dengan keluarga dekatnya. Namun apa yang terjadi? Mendadak ia sendiri terserang penyakit kulit yang tak kunjung sembuh. Seiring dengan itu, istrinya, Artika Siahaan, yang tengah hamil tiga bulan keguguran. Ketika hamil lagi, kembali keguguran lagi.
Teguran demi teguran itu kini mulai menyadarkannya. Terbetik di hati dan pikirannya untuk mulai menjauhi mabuk-mabukan dan berjudi. Namun Tuhan tampaknya ingin lebih meneguhkan niatnya itu. Selang beberapa tahun, anaknya yang baru lahir meninggal dunia.
“Di situ saya sadar bahwa selama ini saya jauh dari Tuhan dan karenanya saya dibiarkannya menderita dengan berbagai musibah. Mungkin karena pada waktu itu saya sudah mulai berhenti berjudi, namun saya masih suka minum minuman keras,” ujar Adenan kepada Klikpos.net.
Sejak muncul kesadaran itu, Ade, mulai bertobat, mohon ampun ke Tuhan dan berupaya memperbaiki perilakunya agar layak di hadapan-Nya. Sejak itu ia mulai rajin dan tekun menjalani agamanya, membaca kitab suci dan bergaul dengan teman-teman yang lebih baik perilakunya.
“Saya menjadi saksi perubahan hidup suami saya, bagaimana ia tekun beribadah, mempelajari Firman Tuhan dan meninggalkan kebiasaan jeleknya, berjudi dan mabuk. Bahkan suami saya tidak merokok lagi. Kami sekeluarga mulai harmonis kembali,” ujar Artika.
Adenan sendiri saat ini masih tak habis pikir dengan pengalaman perjalanan hidupnya itu. Namun ia menyadari bahwa kesenangan dunia hanya sementara. Hakikat kebahagiaan hidup dirasakannya justru setelah ia merasa dekat dengan Tuhan, bukan dengan kesenangan dunia yang hanya fatamorgana.
“Kebahagiaan hanya terdapat pada kedekatan kita dengan Tuhan. Saat saya bertobat, mohon ampun dari semua kesalahan saya, maka saya dibebaskan dari ikatan jahat yang membelenggu saya dan kehidupan saya sekeluarga dipulihkan,” tandasnya.
Kini Adenan Manurung bahkan menjadi salah satu pemuka agama di Cibinong yang tiap kali memberikan pelayanan bagi para jemaat yang membutuhkannya. (fik)