Klikpos.net/ Depok – Negara tercipta bukanlah secara otomatis tapi munculnya karena ada desa, oleh karena itu kalau ingin memajukan negara mau tidak mau harus memulai sesuatu dari desa.
Demikian diungkapkan Profesor Dr.Owin Jamasy, M.Hum., M.M., Ph.D., seorang akademisi yang ahli dalam bidang pemberdayaan masyarakat.
Menuruntya, negara maju karena provinsi maju, provinsi maju karena kabupaten dan kotanya maju, sedang kabupaten dan kota maju karena kecamatannya maju.
“Kecamatan yang maju dan berkembang justru karena desanya yang maju. Jadi kalau kita mau setback bahwa sekarang ini kalau mau memajukan negara itu harus dari desa. Mulailah kegiatan dari desa,” tandas Owin Jamasy kepada Klikpos di Depok, Senin 21 Maret 2022.
Lalu siapa yang dimaksud dengan orang desa? Menurut Owin Jamasy, orang desa sekarang tidak bisa digeneralisir sebagai orang yang sangat sederhana pendidikannya.
“Tidak bisa lagi seperti itu karena di desa sekarang yang namanya handphone, media digital, sudah menjadi hal sehari-hari. Oleh karenanya hal semacam itu harus difasilitasi untuk perkembangan cepat sebuah negara, dengan cara berafiliasi dengan digitalisasi pada kondisi-kondisi yang sudah ada. Saya rasa saat ini desa-desa di Indonesia sudah akrab dengan internet,” tandasnya.
Dalam hubungan dengan konsep pemberdayaan maka penguatan itu dimulai dari otak, panca indera kemudian menajemen. Sinkronisasi ketiga azas ini menentukan tingkat keberhasilan pemberdayaan.
“Jadi proses pemberdayaan di desa itu harus dimulai dengan bagaimana memproduktifkan otaknya. Caranya diajak dialog, diajak musyawarah. Karena itu proses pembangunan di desa sekarang tidak boleh langsung otomatis dibangun atau dibangunkan atau dikonsepkan, tidak. Tapi dikonsep bersama-sama. Kenapa? Ya dasarnya karena sama-sama punya otak yang punya ide, punya gagasan!”
Adapun di antara tanda suatu masyarakat sudah berdaya, adalah kalau sudah mampu mengambil keputusan sehingga bisa mencapai kemandirian.
“Nah kita ini ingin mencapai pemberdayaan ke proses kemandirian itu,” tandas Owin Jamasy.
Hanya saja pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tidak semua desa bisa digeneralisasi mengingat masing-masing ada stratanya sehingga pemberdayaan dilakukan sesuai tingkatan, kebutuhan atau aspek yang perlu lebih diperkuat lagi.
“Karena itu perlu dilakukan pemetaan agar tidak salah metode, sebab pemberdayaan bukan teori tetapi lebih kepada konsep pendekatan atau metodologi. (Taufik BS)