Klikpos.net – Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (DPC ASPEDI) Kabupaten Bogor, merancang strategi khusus untuk membangkitkan kembali usaha jasa dekorasi. Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir, geliat usaha dekorasi cenderung mengalami penurunan.
Ketua DPC ASPEDI Kabupaten Bogor, Edi Wijaya, Kamis (12/9/2024) di Bogor mengemukakan dalam beberapa tahun terakhir usaha dekorasi terus mengalami penurunan. Hal tersebut sebagai dampak dari penurunan jumlah pernikahan di sebagian besar penjuru Tanah Air.
Badan Pusat Statistik (BPS), mengungkapkan jumlah pernikahan di Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255. Dibandingkan dengan tahun 2022, angka tersebut mengalami penurunan hingga 128.000. Dalam satu dekade angka pernikahan Indonesia turun sebanyak 28,63 persen.
Dekorasi menjadi salah satu faktor utama perayaan pernikahan. Pasalnya acara resepsi penikaan menggunakan tenda, aula bahkan dung dekorasi merupakan hal yang wajib untuk disediakan.
Dikemukakannya, penurunan angka pernikahan secara otomatis berdampak pada turunnya geliat usaha jasa dekorasi.
Hal itu mendorong DPC ASPEDI Kabupaten Bogor merancang sejumlah strategi dan langkah, guna membangkitkan kembali usaha jasa dekorasi di bumi Prabu Siliwangi.
Ikhtiar membangkitkan kembali geliat usaha dekorasi tersebut direfleksikan melalui talk show alias gelar wicara para pengurus dan anggota asosiasi profesi ini pada Selasa (10/9/2024), berlokasi di Taman Teduh, Cileungsi, Kabupaten Bogor.
Bertajuk “Fenomena Wedding 2024 dan Persiapan Wedding 2025”, perhelatan ini diikuti 50 oramg peserta dan menghadirkan sejumlah narasumber yang berasal dari interal ASPEDI Kabupaten Bogor, yakni Tommy Rahadian, dan Edi Wijaya.
Gelar wicara ini mengupas sejumlah isu aktual seputar usaha jasa dekorasi. Antara lain perilaku konsumen, perilaku vendor alias penyedia jasa, masalah sosial, politik, ekonomi dan budaya serta traumatik berita mengenai perceraian atau kekerasan yang berdampak pada penurunan angka pernikahan.
Salah satu pemateri Tommy Rahadian mengajak seluruh penyedia jasa pernikahan khususnya ASPEDI untuk bersama-sama secara berkelanjutan mengampanyekan tentang pernikahan.
“Ayo temen-temen ASPEDI kita bersama-sama lakukan kampanye, dengan mengedukasi para calon klien bahwa menikah itu tidak menakutkan, menikah itu mengasyikan, menikah itu halal dan baik untuk pergaulan,” serunya.
Sedangkan Edi Wijayaselaku Ketua DPC ASPEDI Kabupaten Bogor lebih menekankan pentingnya optimisme dalam menjalankan usaha jasa dekorasi.
“Optimisme adalah faktor penting dalam menatap hidup dan menghadapi dinamika persaingan usaha yang berkembang. Optimisme kunci utama untuk meraih keberhasilan pada sektor apapun yang kita geluti,” tegas Edi Wijaya.
*Bagi-bagi Kujang Pajajaran*
DPC ASPEDI Kabupaten Bogor memanfaatkan kegiatan talk show tersebut sebagai wahana pengenalan budaya Sunda. Masyarakat perlu mengetahui bahwa Kabupaten dan Kota Bogor sebagai wilayah penting bagi Sejarah perjalanan urang Sunda.
Bahkan Bogor dikenal sebagai ibu kandung budaya Sunda dan akar peradaban Nusantara.Bogor tercatat sebagai dayeuh alias ibu kota Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran dengan maharaja paling sohor di seantero Nusantara, Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi memiliki ageman alias senjata pusaka pegangan berupa kujang. Karenanya, warga Bogor menjadikan Kujang ikon dan landmark kota, sebagai bentuk penghormatan pada sang prabu.
Tak ayal wahana gelar wicara para pengurus dan anggota ASPEDI tersebut menjadi ajang “bagi-bagi” Kujang Pajajaran. Pihak panitia membagikan lima buah kujang pada sejumlah nara sumber yang dihadirkan.
Edi mengaku terpanggil ambil bagian dalam melestarikan ageman kujang Pajajaran dan berbagai bentuk warisan peninggalan karuhun Sunda.
“Budaya akan lestari kalau hidup manunggal dengan masyarakat penggunanya dan senapas dengan denyut kehidupan habitatnya. Budaya hanya akan lestari kalau dijaga dan dipelihara,” tegas Edi Wijaya.
Pembagian Kujang Pajajaran sebagai cinderamata acara, terang Edi, sebagai ikhtiar untuk menanamkan rasa bangga dan rasa memiliki terhadap warisan budaya para leluhur Sunda Bogor.
“Kalau bukan orang Bogor siapa lagi yang akan melestarikan warisan adiluhung Sunda Pajajaran. Sekecil apa pun kontribusi yang bisa dilakukan, memiliki arti penting dalam menjaga peninggalan leluhur,” demikian Edi Wijaya. (Adenan M)